Senin, 18 November 2013

Martabak Sayur Veteran

Martabak Sayur Veteran

Jika Anda berada di Palembang saat malam dingin, perut lapar maka jangan lupakan kuliner satu ini. Martabak Sayur Veteran adalah jajanan khas Palembang yang dijamin tak kan mengecewakan lidah dan perut Anda.


     Berlokasi di dekat perempatan lampu merah veteran, ke arah Lapangan Hatta membuat saya menyebut kuliner ini sebagai "Martabak Veteran". Walaupun sudah sering makan disini, terus terang saya tak pernah mengetahui apa merek resmi penganan satu ini.Karena lokasinya yang nyempil di temapat tak resmi pinggir jalan dan hanya berjualan di malam hari, membuat tak ada plang nama permanen yang menunjukkan apa nama tempat makan ini. Yang jelas, bahan dan rasanya sangat berbeda dengan Martabak HAR yang lebih dikenal sebagai makanan legendaris di Palembang.
    Martabak yang ditawarkan terdiri dari beberapa pilihan. Martabak sayur, martabak telor, dan martabak spesial (yang ditambahi potongan daging). Pembeli bisa memilih apakah mau menikmati martabak  telor ayam atau bebek. Untuk martabak spesial -selain memang diberi irisan daging- ukurannya pun Jumbo, hampir dua kali ukuran martabak biasa yang ditawarkan.
     Martabak dinikmati dengan kuah kari encer (ini juga yang membedakannya dengan Martabak HAR yang kuahnya kental) dan cocolan cuka yang diberi irisan acar bawang dan potongan cabe rawit. Kuahnya yang agak encer dan berasa khas membuat martabak ini pas dinikmati di suasana malam yang dingin.

     Hampir tiap malam tempat ini semarak dengan kedatangan pembeli. Ada yang menikmati martabak panas-panas di tempat, ada pula jejeran mobil yang mengantri pesanan untuk dibawa pulang.
     Kami sekeluarga sangat menyukai jajan satu ini. Bahkan jika kesini, anak-anak biasanya minta khusus seporsi, kurang katanya kalau mesti berbagi :-).
     Penjual yang ramah dan layanan yang cepat membuat lokasi pinggir jalan yang tak nyaman menjadi tak penting lagi. Nikmatnya martabak veteran selalu mengundang kami untuk kembali. 


      
     * Gambar-gambar di artikel ini diunduh dari google
     

Es Mamat


Es legendaris satu ini sudah sangat dikenal di Palembang. Rasanya tak lengkap mengklaim diri sebagai pecinta kuliner jika belum pernah mencoba minuman yang satu ini. Rasanya yang "beda" membuat Es Mamat selalu dirindu, terlebih jika cuaca panas menyengat dan pingin minuman manis menyegarkan.

   
      Saya sendiri pertamakali beruntung mencicipi minuman satu ini sekitar tahun 94, hampir 20 tahun lalu, saat diajak rombongan teman-teman. Rumah teman yang dijadikan tempat berkumpul lokasinya memang tak jauh dari Lapangan Hatta, Lapangan sepakbola di Palembang yang didekatnya menjadi tempat nongkrong Es Mamat. Dari Jalan veteran, kita bisa menjangkau lokasi ini dengan berjalan sekitar 100 M.
       Es Mamat memiliki 3 pilihan : Es Kacang Merah, Es Alpukat, dan Es campur (kacang merah,alpukat,nangka). Ciri khasnya adalah rasanya yang manis legit, yang tak akan ditemukan pada es di tempat lain. Menurut teman-teman, walaupun mereka sudah pernah mencicipi berbagai macam es di banyak daerah, tetap saja tak ada yang mengalahkan nikmat Es Mamat.
     Lokasinya sebenarnya kurang layak. Terletak di pinggir jalan dan berada di atas saluran air yang jelas kotor. Meja dan bangkupun disusun seadanya dengan jumlah terbatas. Jadi para pengunjung yang membludak biasanya banyak yang tak kebagian tempat duduk, sehingga harus mengantri. Ada pula pembeli yang memilih untuk menikmati minumannya di mobil masing-masing, karena malas antri.
    Di lokasi berjualan ini, tidak hanya gerobak Es Mamat yang menyediakan jajanan. Para pedagang lain turut menikmati imbas ramainya pembeli yang kecanduan jajanan satu ini. Para pedagang lain berjualan Pempek, Otak-otak, Mie Celor, Model, Martabak dan beragam jenis makanan khas Palembang. Ada juga pedagang yang berjualan Rujak dan Gado-gado dan makanan lain yang cocok dimakan bersama Es Mamat.


      Para pedagang yang nongkrong disini sepertinya terseleksi. Semua jajanan yang ditawarkan enak dan tak satupun pedagang berjualan makanan yang jenisnya sama. Juru parkirpun turut menikmati rezeki ramainya pengunjung yang tak henti datang mengendarai mobil.
     Sebenarnya Es Mamat membuka beberapa cabang di Palembang. Namun lucunya - walau rasa yang ditawarkan sama, dan tempat berjualan lebih bersih dan wah- tak selaku di lokasi Lapangan Hatta ini. Sepertinya pembeli tidak sreg jika tidak menikmati orisinalitas Es Mamat di tempat ini. keharusan antri berjejal, ditambah hiruk pikuk pengunjung yang berebut tempat duduk di lokasi sempit dan seadanya, malah membuat pengunjung datang lagi dan lagi. Nikmatnya manis legit Es Mamat memang telah membuat pengunjung jatuh hati dan selalu ingin kembali.


















*Foto-foto di artikel ini diunduh dari google 

Minggu, 17 November 2013

Selabintana, "Puncaknya" Sukabumi

Sudah pukul 11 siang saat kami berangkat dari Depok. Biasanya waktu segitu dianggap terlalu siang bagi orang yang ingin pergi berwisata. Namun buat kami sekeluarga yang memang tak berencana sebelumnya untuk berwisata, jam berapapun tak masalah hehehe. Saat tercetus niat dari saya yang ingin kami sekeluarga menikmati week end di tempat yang belum pernah kami tuju sebelumnya, istri saya usul untuk menjelajah Sukabumi. Kota yang familiar dan sebenarnya tak jauh dari kediaman kami di Depok, namun belum pernah kami jelajahi. Saat beberapa waktu lalu kami traveling ke Pelabuhan Ratu, kami tak melintasi Kota Sukabumi. Menjelajah tempat baru yang tak pernah didatangi sebelumnya dan tanpa rencana adalah khasnya kami. Jadi setelah sejenak bersibuk ria menyiapkan segala sesuatu, maka mobilpun melaju.


     Tol Cijago dilanjut Jagorawi dijalani dengan lancar sentosa. Saat keluar dari pintu tol ke arah Ciawi, ujian kesabaran pun dimulai. Sejak dari pintu tol, macet sudah menghadang. Perempatan ke arah Sukabumi semrawut. Selepas perempatan, kemacetan masih menghadang. Tak lama kami tahu, ternyata ada perbaikan jembatan, pantaaas. Setelah sejenak berjalan lancar, kemacetan menghadang lagi saat melintasi pasar tradisional Cibadak. Baru sejenak bernafas lega karena mobil bisa berjalan lancar, jalan kembali tersendat. Ternyata ada bekas kerusuhan di depan. Beberapa waktu sebelumnya ada keributan dan pengrusakan oleh sekelompok massa terhadap suatu sekolah sehingga banyak massa dan polisi berkerumun. Selepas lokasi kerusuhan, jalan kembali lancar. Sudah sore saat kami tiba di Hotel Augusta, Sukabumi. Kepenatan akibat macet membuat kami tak terlalu sibuk memusingkan dan terlalu pilah pilih tempat menginap, yang penting badan yang lelah segera bisa beristirahat.
     Kesabaran menuai hikmah. Hotel yang kami pilih secara acak ternyata cantik sekali. Dengan nuansa hijau, hotel dikelilingi pohon-pohon rimbun menyegarkan. Desain kamar yang cantik menyambut kami yang terperangah. Kolam renang cantik, permainan anak, dan arena outbond tersedia di hotel mungil ini. Bahkan di belakang hotel, tersedia lapangan golf bagi pengunjung yang ingin bermain. Wah, jauh di luar perkiraan kami. Mengingat harganya yang relatif murah, kami sebenarnya tak menyangka bakal mendapat fasilitas seperti ini.


     Setelah meletakkan barang-barang bawaan di kamar. Saya langsung menceburkan diri ke kolam renang. Brrrrrr dingin, namun segar sekali. Setelah beberapa saat berenang, hilang rasanya segala penat perjalanan. Setelah berenang saya berjalan di sekitar hotel. Menggerakkan badan agar rasa dingin agak berkurang. Cuaca mendung dan nuansa pegunungan membuat suhu tubuh cukup dingin, jadi tak perlu memesan kamar ber-AC.
     Sehabis salat Maghrib kami bersiap menjelajah Kota Sukabumi di malam hari. Gerimis membuat penjelajahan kami kurang memuaskan. Disebuah rumah makan kami mampir untuk menikmati makan malam. Ramai sekali tempat makan ini. Sepertinya ini tempat nongkrong muda-mudi Kota Sukabumi di malam minggu. Lokasinya yang terletak di pinggir jalan besar membuat mudah dijangkau. Aneka rasa serabi dan berbagai menu lain dapat dinikmati disini. Selepas makan, kami kembali ke hotel. Cukup dulu buat hari ini, setelah ngobrol kami langsung istirahat mengembalikan lagi tenaga guna penjelajahan esok hari.
     Azan subuh membangunkan kami. Cuaca dingin membuat godaan untuk kembali menarik selimut dan meneruskan tidur lagi. Namun udara segar di luar mengusir rasa malas. Nikmatnya udara segar Sukabumi dipadu bersihnya lingkungan hotel membuat penasaran untuk segera dinikmati. Sarapan pagi sudah tersedia, nasi goreng lezat dan teh manis hangat. Dinikmati sambil menatap ikan-ikan yang bergerak lincah di kolam. Wah, indahnya suasana sarapan pagi ini.



    Selepas sarapan anak-anak merengek untuk segera berenang. Diingatkan tentang dinginnya cuaca dan waktu yang terlalu pagi tak menyurutkan semangat mereka. Tak lama tawa ceria segera terdengar saat tubuh mereka tercebur didinginnya air kolam. Ada beberapa tamu lain yang juga berenang sepagi ini. Suasana alam mengusir hadangan rasa dingin. Semua lalu ceria menikmati kolam bernuansa alam tropis nan indah. 

   
Selepas berenang kami segera bersiap lagi. Setelah check out mobil diarahkan ke Selabintana, nama tempat yang baru kami dengar kemarin. Terlihat di plang nama di pinggir jalan, yang konon tempat wisata menarik di Sukabumi. Tempat ini hanya berjarak 7 km dari pusat Kota Sukabumi. Ada rute angkot menuju ke Selabintana buat pengunjung yang menggunakan angkutan umum. Jalanan menanjak diteduhi pohon rindang dikanan kiri jalan. Tak lama kami segera sampai di lokasi. Setelah membayar tiket masuk mobil pun diarahkan ke tempat parkir. Menurut info juru parkir, lokasi wisata ada di bagian atas. Jadi kami harus sedikit berjalan mendaki. 
     Saya sempatkan sejenak mampir di front office untuk bertanya tentang penginapan yang ada di Selabintana. Ternyata tersedia beragam pilihan sesuai selera pengunjung. Ada hotel, villa, mansion, beragam bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan. Buat pengunjung yang membawa keluarga besar tersedia villa ukuran besar. Karena sudah ada sejak zaman Belanda dan dulu dikelola oleh orang Belanda, sebagian villa berasitektur Eropa nan cantik. Dipadu rancangan hotel modern dan mansion masa kini. Perpaduan yang menawan.Ada pula ruang rapat dan ruang serbaguna bagi yang ingin mengadakan pesta pernikahan. Fasilitas outbond dan gathering juga bisa didapat di Selabintana.
     Setelah sejenak berjalan melalui kios para penjual rumah, pemandangan cantik langsung menyergap mata. Anak pertama saya langsung minta dicubit untuk memastikan dia tidak sedang bermimpi. Subhanallah, ...indahnya ciptaanMu ya Allah. Hamparan rumput hijau bak permadani di hiasi pepohonan rindang dikanan kiri. Nuansa magis menyergap, seolah sedang berada di suatu lokasi pemotretan di Eropa. Bagi yang menggemari sekuel film twilight saga, akan sadar bahwa alam Indonesia ternyata tak kalah dengan kecantikan alam Eropa. Sulit diungkapkan keindahannya dengan kata-kata dan hanya akan dirasakan  jika menyaksikan sendiri. Diujung bukit membentang jurang hijau. Melepas pandangan menikmati indahnya gunung di kejauhan. Tak lepas mulut memuji kebesaranNya. Subhanallah...








Teduhnya pepohonan dapat dinikmati sambil lesehan dibawahnya. Wajah para pengunjung mengembangkan senyum bahagia. Anak-anak bermain bola di padang rumput luas. Aliran sungai kecil membuat anak-anak tak sabar untuk menceburkan kaki. Dingiiiiiin airnya, namun segar sekali. Beberapa anak-anak yang berkunjung membuka baju dan mandi dengan ceria. Anak-anak kamipun segera membuka baju dan bergabung. Wah, senangnya :-) .....

     Perut yang mulai lapar dan panggilan azan zhuhur membuat kami beranjak. Kurang berselera dengan menu yang tersedia di lokasi membuat kami menaiki kembali mobil untuk mencari lokasi makan yang lebih menyenangkan. Karena ingin menjelajah tempat baru, kami memutuskan mengarahkan mobil ke arah Cianjur. Agar perjalan pulang kami ke depok menempuh rute berbeda dengan kedatangan. Sekitar satu jam setelah lokasi wisata Selabintana, mata kami tertuju akan ramainya sebuah rumah makan. Lokasinya di pinggir jalan, dipadati oleh banyak mobil dan di papan namanya tertulis: masakan sunda. Wah, pas dengan selera kami sekeluarga yang rata-rata hobi lalapan dan masakan alami sehat khas bumi parahiyangan. Segera kami menepi dan memasuki rumah makan. 
     Padatnya pengunjung rumah makan membuat kami hampir tak kebagian bangku. Saat ada pengunjung selesai makan dan baru beranjak, saya meminta anak-anak untuk segera menempati kursi. Saya dan istri mengembil nasi dan lauk yang disajikan secara prasmanan. Pepes ikan khas sukabumi, pete bakar, labu rebus, oseng tempe, dan sambal terasi langsung berpindah ke piring. Ditemani teh tawar panas yang beraroma segar menantang. Untuk lalap-lalapan tak perlu kita pilih lagi. Karena di tiap meja pengunjung sudah disajikan beragam sayauran hijau: daun kemangi, pok pohan, timun, terong, dan selada. Boleh dimakan sepuasnya oleh pengunjung, juga termasuk sajian buah pisang buat pencuci mulut.
      Selepas makan dan beristirahat sejenak, kami memilih oleh-oleh. Beragam jajanan dan makanan tradisional tersedia. Wajik, penganan manis yang sudah jarang saya temui langsung dibeli. Tak lama perjalanan berlanjut lagi.
    Derasnya hujan tak mampu mengurangi indahnya alam Cianjur.  Sepanjang perjalanan sawah hijau membentang  di kaki gunung dan bukit. Inilah mungkin gambar sawah yang sering saya khayalkan jika ditugasi membuat lukisan pemandangan oleh bu guru di waktu SD. Setelah melewati Cianjur, kami melalui puncak pass. Cuaca cerah sehabis hujan membuat pemandangan indah menyegarkan. Udara demikian sejuk membuat AC mobil tak perlu dihidupkan. Kami memasuki Tol Jagorawi dan menuju ke rumah di Depok. Alhamdulillah, begitu menyenangkan perjalanan kami kali ini.  

 * foto di artikel ini diunduh dari google