Sabtu, 28 September 2019

Pantai Gratisan di Lampung

Masih pagi saat kami meninggalkan tempat menginap. Tempat menginap, bukan penginapan. Memang kali ini kami tidak menginap di hotel, guest house, atau losmen, seperti biasanya. Kami meminjam rumah saudara yang sudah lama kosong. Rumah kecil yang cantik di perumahan Ciputra. Tak dihuni lagi karena anak tersayang yang selama ini menempati, sudah kuliah di luar kota.

Mobil langsung  diarahkan menuju pantai, menembus kepadatan lalu lintas pagi. Pasar tradisional masih ramai.

Ke arah barat, di depan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Lempasing. Di depan TPI banyak yang menjajakan ikan laut segar hasil tangkapan nelayan. Kepiting bakau hidup mengundang untuk dibeli. Tapi kami mau berangkat, akan merepotkan. Lebih praktis jika nanti makan yang sudah diolah jadi kepiting asam manis.

 Terus lagi ke arah barat, beberapa pantai wisata dilalui. Pantai Mutun, Sari Ringgung sudah pernah dikunjungi. Mau coba ke arah Pantai Klara, kelapa rapat. Katanya karena di pantai itu ditanam berjejer pohon kelapa rapat-rapat.

Rupanya Pantai Klara terletak paling jauh dibanding pantai-pantai wisata lain. Sudah beberapa pantai wisata dilalui, Pantai Klara belum tampak juga.
Sinyal telepon seluler di sini kurang baik, sulit diandalkan untuk memastikan lokasi tujuan. Jadi jalan terus saja. Nggak bakal nyasar, jalannya hanya satu. Naik turun berkelok, sesekali pantai mengintip indah. Sesekali saja. Karena kebanyakan lokasi pantai agak jauh dari jalan. Pengelola tempat wisata harus membuatkan akses khusus agar pengunjung bisa menuju ke pantai. Ada yang masih berupa jalan tanah. Ada yang sudah dipadatkan dengan batu.

Melintasi pasar di Padang cermin, setelah jembatan kami berhenti. Ada rumah makan Padang yg enak di situ. Menunya banyak, harganya murah. Dibungkus saja. Lebih asyik nanti makan di pinggir pantai. Ikan Simba goreng jadi menu khas. Tak lupa rendang, dan ayam opor untuk anak-anak.

Berjalan lagi sekitar 20 menit, mulai ada papan nama , reklame pantai Klara dilengkapi foto. Rupanya pantai ini dikelola oleh TNI, korps marinir. Lokasinya memang tak jauh dari pangkalan militer. Saat tiba langsung terlihat pohon kelapa berjejer cantik. Ada ramai remaja latihan baris berbaris. Rupanya pantai klara hari ini ditutup sementara untuk umum. Ada pelatihan. Tertulis pengumuman di pintu masuk. Ya sudah, jalan terus.

Tak jauh, tampak pantai indah. Pas di tepi jalan. Tak ada orang. Jalan sepi, memang sudah jauh dari pusat kota. Mobil dihentikan. Anak-anak menghambur turun. Sudah lama tak ke pantai. Kangen sekali.





Pasirnya putih. Halus. Sepi alami. Di tepi jalan, namun jarang kendaraan lalu lalang. Tanpa ganti baju, anak-anak bermain air. Belum bisa berenang, tak apa airnya dangkal.

Tak peduli matahari mulai terik, anak anak berkejaran di pantai. Menjelajahi air sebatas paha dan pinggang. Jatuh bangun, jatuh bangun. Tertawa tawa.

Sebenarnya tak ada yang mau pulang. Tapi hari makin siang. Sudah hampir waktu salat Jumat.

Walau anak-anak enggan, akhirnya tetap naik ke mobil. Menuju masjid terdekat.

Di komplek marinir ada masjid. Disitu kami menepi. Mobil di parkir di pinggir pantai, di rerindangan pohon-pohon kelapa. Anak-anak silahkan main lagi di pantai, dijaga mamanya. Sambil disuapi makan. Pasir disini lebih halus, lokasi lebih teduh.  Adem sambil menunggu saya jumatan.

Masjidnya cantik. Bersih sekali. Halaman terawat rapi. Didalamnya sejuk, ber-AC.

Selesai saya salat, ternyata anak anak sudah ganti baju. Mungkin kelelahan, mungkin karena sudah kedinginan. Wajah lelah, namun tetap ceria.
Siap menuju petualangan baru.