Jumat, 16 November 2012

Pempek 10 Ulu Pasar Asemka

Suka pempek ? Makanan khas Kota Palembang yang satu ini sepertinya sudah digemari berbagai kalangan.  Tak perlu pergi ke Palembang untuk menikmati makanan hasil olahan ikan ini. Di berbagai kota makanan ini mudah ditemui. Rasanya yang gurih dengan cuka yang manis asam pedas membuat banyak yang ketagihan. Kalau di Jakarta, dimana bisa menemukan pempek yang enak ? 

     Pasar Asemka rasanya sudah tak asing lagi di telinga kita. Pasar yang dikenal sebagai pusat grosir penjualan mainan anak-anak ini hampir setiap hari ramai dikunjungi.  Lokasinya yang berdektan dengan daerah Kota Tua, stasiun, dan berbagai pusat perdagangan seperti Mangga Dua membuat macet menjadi hal yang lumrah kita jumpai disini. Untuk mencapai tempat ini bisa dengan berbagai cara. Namun jika Anda ingin menghindari kemacetan, kereta api bisa dijadikan pilihan pertama. Hanya beberapa ratus meter dari stasiun kota kita sudah bisa mencapai Pasar ini.
       Hari sudah siang saat kami berada di jalan Tol dalam kota. Saran dari adik yang menemani, membuat kami mengarahkan mobil ke luar menuju arah Mangga Dua. Karena memang ingin membeli berbagai perlengkapan sekolah anak dan mainan maka kami langsung mengarah ke Asemka.
      Jika beruntung, Anda bisa mendapat parkir di halaman pasar. Namun ramainya mobil box yang menaikturunkan barang membuat lahan parkir disitu biasanya penuh, sehingga akhirnya kami memilih parkir di dalam gedung. Beberapa lantai pertama hanya dikhususkan untuk kios penjualan barang, barulah di lantai 5 kita bisa memarkirkan mobil. Jangan khawatir, karena ada lift yang akan mengantarkan kita kembali untuk turun menuju lantai yang kita inginkan. Melihat kondisi gedung yang sudah tua, membuat kami awalnya mengira gedung pasar ini hanya menyediakan tangga. 
       Berbagai perlengkapan sekolah, mainan anak, asesoris, dan kosmetik tersedia disini. Harga yang ditawarkan pun ternyata benar-benar murah, jauh sekali selisihnya jika kita bandingkan dengan tempat lain. Tas anak yang pernah kami lihat harganya di sebuah mal di Depok, ternyata bisa didapat disini dengan  separuh harga. Itu pun kami hanya membeli 1 buah untuk tiap jenis barang. Menurut penjualnya, jika kami membeli dalam grosir (minimal 1 lusin), maka akan diberikan diskon. Pantas tempat ini ramai sekali. Pedagang dari berbagai daerah -termasuk dari luar Jawa-sering berbelanja barang kesini. Memang ada beberapa jenis barang yang tidak bisa dibeli satuan -seperti berbagai asesoris dan souvenir pernikahan-, namun untuk tas, mainan, dan payung, dan perlengkapan sekolah ternyata jumlah pembelian minimal tidak ada. 
     Puas berbelanja, kami kembali ke tempat memarkir mobil. Dari atas gedung pemandangan sekitar tampak jelas terlihat. Berbagai kendaraan dan orang yang lalu lalang tampak seperti tak henti bergerak. Mata kami tertuju ke spanduk di toko yang terletak di seberang gedung parkir. Spanduk tua dengan tulisan 'Pempek Palembang 10 Ulu' membuat  perut yang dari tadi diabaikan karena keasyikan belanja mendadak protes. Apalagi dari tempat kami berdiri, toko tersebut terlihat ramai dikunjungi. Segera kami masuk ke mobil dan memindahkan parkir agar berada dekat dengan toko tersebut.
     Aroma pempek lenggang yang sedang dipanggang langsung menyergap begitu berada di depan toko. Tidak seperti berbagai toko pempek di Jakarta -yang menjual pempek lenggang yang digoreng-tempat  ini menyajikan pempek lenggang sesuai aslinya di Palembang. Dipanggang secara tradisional beralas daun pisang di atas bara arang - sehingga muncul aroma khas yang menggoda selera. Hal ini tidak akan kita jumpai jika Pempek Lenggang disajikan dengan cara digoreng. Kehebohan anak-anak saat memasuki toko dengan Bahasa Palembang yang fasih,membuat sang pemilik toko yang terkantuk-kantuk di meja kasir langsung tersenyum dan berdiri menghampiri meja kami. Ternyata beliau juga orang Palembang yang sudah 30 tahun berjualan pempek disini. Dengan ramah pemilik toko memperkenalkan diri dan menawarkan berbagai menu yang ada di tempat ini.  Menurut beliau, hingga saat ini tokonya selalu menjaga citarasa dengan mendatangkan ikan dan bahan baku langsung dari Palembang. Pengolahan dan cara penyajian diusahakan sama dengan daerah aslinya.

Kami pun memesan Pempek Lenggang, Pempek Kapal Selam, Pempek Telor, dan Pempek Kulit. Sebenarnya masih ada Otak-otak, Pempek Lenjer dan beberapa jenis pempek lain yang belum kami pesan. Kalau menurutkan nafsu, semua menu ingin kami cicipi. Apalagi perut makin keroncongan mencium wanginya pempek Lenggang yang sedang dibakar.  Tapi kalau di pesan semua, kasihan pengunjung lain hehehe...
   Pemilik toko yang dengan ramah terjun langsung melayani kami membuat suasana makan menjadi spesial. Wanti-wanti beliau pada anak buahnya, agar tidak menambahkan mie kuning saat menyajikan pempek kepada kami. Di Jakarta sepertinya hal itu sudah menjadi kebiasaan, mie dicampurkan ke pempek saat disajikan. Pempek pun disajikan dalam bentuk sudah di potong-potong.  Padahal di Palembang pempek berukuran kecil, tidak perlu disajikan dalam keadaan terpotong. Apalagi tambahan mie, tak perlu sama sekali. Kecuali untuk makanan tradisional yang memang dominan mie dan pempek hanya sebagai pelengkap, yaitu Rujak Mie.


      Pempek mempunyai cita rasa yang khas. Uniknya, walau bahannya itu-itu juga ikan, sagu, dan air) tapi memberikan rasa berbeda jika orang yang mengolah berbeda. Apalagi jika terigu yang dipakai berasal dari merek berbeda. Kesegaran bahan baku menjadi syarat utama untuk membuat pempek yang nikmat. Pemilik toko pempek di Asemka ini sengaja mendatangkan bahan baku dari Palembang demi menjaga cita rasa. Tapi tak sia-sia, buktinya toko pempeknya laris manis dan mampu bertahan lebih dari 30 tahun di tengah persaingan banyaknya toko pempek di Jakarta. Rasa memang tak pernah bohong.

  Berbagai pilihan jenis kemplang dan kerupuk yang sengaja digantung di atas kepala membuat anak-anak antusias meraihnya. sebagai penutup, pemilik toko menawarkan menu es kacang merah. Wah, minuman satu ini memang sepertinya sudah menjadi jodohnya Pempek Palembang. Lidah kepedasan lebih cepat dinetralisir jika minum es kacang merah yang manis segar. Anak-anak pun antusias menghabiskan es kacang merah manis dan bertekstur lembut.
    Kumandang azan Mahgrib menyentakkan kami yang baru selesai menikmati suapan terakhir. Segera kami bergegas bersiap-siap meninggalkan toko. Pemilik toko yang ramah mengantarkan kami hingga ke pelataran parkir. Anak-anak pemilik toko dengan sumringah melepas kepergian kami. Kapan-kapan kami akan kembali menikmati kelezatan pempek di tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar