Maniak Belanja ? Yok ke Guang Zhou !!! (2)
Bagi Anda yang hobi belanja, tentu pernah mendengar kota satu ini. Sebagian besar produk pakaian, tas, dan barang lain yang masuk ke Indonesia berasal dari tempat ini. Dengan berbagai fasilitas pendukung yang memadai dan harga murah, cukup pantas jika kota ini dianggap sebagai salah satu surga bagi para penggila belanja.
Waktu baru menunjukkan pukul 4 pagi, saat tante memberitahu bahwa sudah waktunya Salat Subuh. Di Guang Zhou, matahari terbit pukul 5 pagi, jadi secara logika, Pukul 4 sudah masuk waktu subuh. Ini hanya perkiraan saja, karena jangan harap mendengarkan suara azan di tempat ini.mau bertanya, nggak tahu kemana. Sedangkan di sore hari, matahari baru terbenam Pukul 7. Pukul 6 sore masih terang benderang. Jadi siang hari disini panjang sekali. Jika berpuasa disini, pastilah harus lebih lama dibanding di tanah air.
Pukul 6 pagi, jalan di depan rumah sakit sudah ramai. Pejalan kaki hilir mudik tak henti. Penduduk Negara Cina memang banyak sekali. Jumlah penduduk lebih dari 1 Milyar membuat hampir semua tempat terlihat padat. Hampir semua orang berjalan kaki atau memakai sepeda. Sepeda motor dilarang disini. Hanya 1 atau 2 terlihat di jalan, itu pun motor dinas Polisi. Untunglah transportasi masalnya sangat bagus. Bis-bis nyaman bertenaga listrik dengan ongkos murah hilir mudik tak henti. Semua kalangan memanfaatkan sarana transportasi ini.
Penduduknya tinggal di flat-flat, yang kalau di negara kita disebut rumah susun. Di lantai terbawah dipakai sebagai tempat berdagang. Semuanya dimiliki pemerintah. Sebagai negara komunis, hampir semua properti dimiliki negara. Rakyat harus menyewa kepada pemerintah. Tak heran jika di parkiran flat kumuh, tampak jejeran mobil mewah. Walau memiliki uang, peraturan tak memungkinkan rakyat untuk memiliki properti. Satu flat diperuntukkan untuk satu keluarga. Ayah ibu dan seorang anak. Tidak perlu bertanya tentang anak disini. Semua pasangan hanya boleh memiliki satu anak.
Nilai tukar mata uang Yuan yang dijaga rendah membuat produk Cina merajai perdagangan dunia. Satu koin kecil Yuan yang saya pegang pun, ternyata bisa dipakai untuk membeli es krim wals. Jadi, hampir setiap hari Saya membeli es krim ini. Tak peduli cuaca dingin.Mumpung murah :-)...
Cuaca -jam berapapun- selalu dingin di Guang Zhou. Siang hari pun seolah kita sedang pagi hari di Perkebunan Teh Puncak Bogor. Tanaman tampak seolah terus menerus berembun, seolah tempat ini tak henti diguyur gerimis.
Di samping kanan rumah sakit ada toko yang menjual kue berisi kacang ijo. Rasanya sungguh enak sekali. Tak enak pun sebenarnya tetap juga akan saya beli. Karena hanya itu makanan halal yang bisa dimakan untuk sarapan.
Di seberang rumah sakit ada Pasar Tradisional Sahe. Pasar ini ternyata pusat penjualan produk tekstil di Kota Guang Zhou. Ramai pedagang menawaran baju, celana, dan aneka pakaian dalam. Harganya murah sekali. Selembar Baju kaos bisa didapat dengan harga 8-10 ribu rupiah (jika di kurs). Uang lima puluh ribu rupiah bisa dipakai untuk membeli 3 potong celana panjang. Karena tak mengerti bahasa Cina, tawar menawar harga dilakukan dengan menunjukkan angka di kalkulator. Pedagang mengetikkan harga tawaran, saya mengetikkan harga yang diinginkan. Banyak orang Afrika berbelanja disini. Mereka membeli pakaian dalam jumlah besar untuk dijual kembali di negaranya.
Di seberang rumah sakit ada Pasar Tradisional Sahe. Pasar ini ternyata pusat penjualan produk tekstil di Kota Guang Zhou. Ramai pedagang menawaran baju, celana, dan aneka pakaian dalam. Harganya murah sekali. Selembar Baju kaos bisa didapat dengan harga 8-10 ribu rupiah (jika di kurs). Uang lima puluh ribu rupiah bisa dipakai untuk membeli 3 potong celana panjang. Karena tak mengerti bahasa Cina, tawar menawar harga dilakukan dengan menunjukkan angka di kalkulator. Pedagang mengetikkan harga tawaran, saya mengetikkan harga yang diinginkan. Banyak orang Afrika berbelanja disini. Mereka membeli pakaian dalam jumlah besar untuk dijual kembali di negaranya.
Masalah makan yang menjadi kendala di Kota ini. Sulit mencari makanan halal disini. Walau harga murah, saya ragu untuk membeli makanan di sini. Kebiasaan warga Cina saat makan sungguh unik. Mereka terbiasa makan dari pedagang asongan, dan dinikmati sambil berdiri bahkan berjalan di trotoar. Laki-lakinya sering melepas baju dan mengikatkannya di kepala. Sambil bertelanjang dada, mereka mengunyah potongan besar semangka sambil berjalan. Tak risih mulutnya belepotan. Laki-laki dan perempuan tingkahnya sama saat makan. Tak ada norma yang melarang mereka mengunyah makanan sembarangan sambil tertawa di pinggir jalan. Perempuan berdandan cantik pun tak risih mengunyah makanan sampai belepotan.
Masyarakat Guang Zhou adalah para pekerja keras. Laki-laki dan perempuan terbiasa menarik lori pengangkat barang. Jumlah penduduk besar membuat persaingan hidup sangat tinggi. Jika ingin bertahan hidup, mereka harus bekerja ekstra keras.
Dengan penduduk sangat padat, ternyata kota ini tetap aman. Tak terlihat ada kejahatan, bahkan sekadar copet disini. Menurut cerita pegawai RS, penegakkan hukum sangat tegas di Cina. Karena itu, tingkat kriminal sangat rendah disini. Hampir tak ada yang berani berbuat kriminal di jalan. Apalagi korupsi ya ?
Pedagang kaki lima ternyata juga ada disini. Kerasnya persaingan hidup membuat orang nekat berjualan di tempat yang dilarang. Namun para pedagang kaki lima ini, sangat takut dengan Petugas Civil Administration (Polisi Pamong Praja/ POL PP kalau di Indonesia). Jika ada petugas yang datang -walaupun hanya dua orang- mereka tidak akan melawan, tapi memilih lari pontang panting. Bila perlu barang dagangannya ditinggalkan begitu saja. Petugas disini berbeda dengan di negara kita. Jika di Indonesia, POL PP mengincar barang dagangan PKL untuk disita (dan bisa ditebus lagi dengan membayar denda). Di Cina petugas mengincar si Pedagang liarnya. Jika tertangkap, maka pelaku akan dipenjarakan, sedangkan barang-barang dagangannya ditinggalkan begitu saja. Petugas disini-menurut cerita-tidak bisa disuap (Jangankan menyuap, memberikan tips pada pegawai hotel atau pegawai rumah sakit bisa dianggap penghinaan di negara ini. Bukannya berterima kasih, mereka bisa marah dan melaporkan kita karena dianggap tidak menghargai profesi mereka. Sebagai negara komunis, status semua orang sama. Tidak ada orang yang boleh menganggap dirinya lebih terhormat hingga bisa menghina orang lain). Pantas saja jika ada petugas, pedagang kaki lima memilih pontang panting lari meninggalkan barangnya.
Pasar Sahe cukup luas. Sebagai pasar grosir, pedagang biasanya tidak mau jika kita hanya membeli 1 buah. Mereka hanya melayani minimal pembelian 3 buah barang. Tempat berjualan ada 2 macam. Ada pedagang yang menempati kios-kios, ada pula yang menggelar dagangannya dengan terpal saja, seperti pasar kaget di Indonesia. Murahnya harga membuat Saya terkagum-kagum keheranan. Mungkin biaya tenaga kerja dan harga bahan baku yang murah yang membuat mereka bisa banting harga. Faktor lainnya tentunya karena nilai tukar mata uang Yuan yang rendah. Rasanya uang yang kita bawa, menjadi sangat-sangat berharga.
Jika ingin lebih nyaman, di sebelah Pasar Sahe ada jejeran Plaza. Di gedung tersebut kita bisa berbelanja dengan lebih nyaman. Konsep pertokoan modern, bersih dan berpendingin udara. Barang-barang pun ditata rapi dan menarik. Pembeli Afrika banyak berbelanja kesini. Pembelian partai besar dapat dilayani disini langsung dengan bantuan layanan pengiriman ke negara tujuan. Sepertinya di gedung ini diperuntukkan bagi pedagang yang sudah mapan. Namun untuk pembelian eceran, pedagang di plaza ini mematok harga lebih tinggi jika dibandingkan pasar Sahe.
Jika ingin berbelanja barang elektronik, sepatu, tas maka kita harus pergi ke pertokoan modern. Semua barang adalah produk Cina. Berbagai jenis barang bermerek palsu tersedia lengkap. Segala merek HP, pakaian, tas dengan bentuk mirip aslinya, dapat dibeli dengan harga sangat murah. Mobil meawah palsu pun ada. Barang imitasi ini pun ternyata ada kelas-kelasnya. Yang sangat murah, secara kasat mata ketahuan palsunya. Dengan harga yang lebih tinggi, kita bisa membeli barang yang hampir sama persis aslinya. Untuk harga tersebut, proses pembuatan lebih rapi dan bahan yang digunakan memang berkualitas tinggi.
Batu Giok mudah ditemukan disini. batu ini pun tersedia dengan berbagai kelas harga. Jika membeli di toko, kita harus menebus batu giok dengan harga ratusan ribu hingga jutaan (Jika di kurs ke rupiah). Namun jika ingin yang murah meriah, banyak pedagang kaki lima menjual Batu Giok cantik dengan harga puluhan ribu saja.
Jika capek berbelanja, banyak sekali tempat jajanan di kota ini. Hanya saya kesulitan menemukan tempat penjualan makanan halal. KFC dan McD Cina juga ada. Tapi disini hanya menyediakan saos tomat, toko-toko ini tidak menyediakan saos sambal seperti di Indonesia. Menurut penduduk disini, Pedasnya sambal seperti yang biasa dikonsumsi orang Indonesia tidak baik bagi kesehatan mereka. Bisa menyebabkan sakit tenggorokan katanya. Padahal masakan di Cina malah menggunakan merica dalam jumlah luar biasa. Mereka tidak memakai cabe, tapi semua menu ditaburi merica bubuk yang pedasnya minta ampun. Jika dimakan, tidak hanya lidah kita yang kepedasan, perutpun bisa terasa radang dibuatnya. Lain padang, lain belalang.
Untuk Salat Jumat, kami harus naik bis. Di dekat konsulat RI terdapat hutan kota, yang ditengahnya ternyata ada tempat ibadah bagi umat muslim. Sebagai negara yang penduduknya banyak tidak beragama, aktifitas ibadah dianggap hal sensitif. Bangunan tempat umat Islam beribadah berbentuk kelenteng, tempatnya tersembunyi dan hanya bisa dijangkau setelah beberapa menit berjalan kaki menembus hutan kota. Salat Jumat di negara dimana umat Islam adalah minoritas ternya nikmat sekali. Rasa persaudaraan sesama muslim terasa sekali. Jamaah dari berbagai negara berkumpul disini. Bagi jamaah perempuan disiapkan tempat khusus. Jamaah perempuan disini tidak menggunakan mukenah seperti muslimah di tanah air. Mereka mengenakan hijab (jilbab) dan berpakaian biasa. Walaupun saat itu hujan turun deras, tidak mengurangi kekhusukan kami beribadah.
Selesai salat Jumat saya berjalan meninggalkan hutan kota. Dengan baju basah kuyub, Saya berjalan bergegas kedinginan. Ternyata di bagian luar hutan tersebut berkumpul pedagang muslim. Setiap hari jumat mereka berdagang berbagai makanan halal dari berbagai negara. Sayangnya tidak ada makanan dari Indonesia. Namun lumayan, paling tidak bisa mencicipi makanan halal dengan hati tenang. Setelah makan, Saya dan beberapa teman kembali naik bis menuju rumah sakit (Bersambung...).
Ket.Gambar pertama dan gambar KFC yang kedua diunduh dari Google.
Jika ingin lebih nyaman, di sebelah Pasar Sahe ada jejeran Plaza. Di gedung tersebut kita bisa berbelanja dengan lebih nyaman. Konsep pertokoan modern, bersih dan berpendingin udara. Barang-barang pun ditata rapi dan menarik. Pembeli Afrika banyak berbelanja kesini. Pembelian partai besar dapat dilayani disini langsung dengan bantuan layanan pengiriman ke negara tujuan. Sepertinya di gedung ini diperuntukkan bagi pedagang yang sudah mapan. Namun untuk pembelian eceran, pedagang di plaza ini mematok harga lebih tinggi jika dibandingkan pasar Sahe.
Jika ingin berbelanja barang elektronik, sepatu, tas maka kita harus pergi ke pertokoan modern. Semua barang adalah produk Cina. Berbagai jenis barang bermerek palsu tersedia lengkap. Segala merek HP, pakaian, tas dengan bentuk mirip aslinya, dapat dibeli dengan harga sangat murah. Mobil meawah palsu pun ada. Barang imitasi ini pun ternyata ada kelas-kelasnya. Yang sangat murah, secara kasat mata ketahuan palsunya. Dengan harga yang lebih tinggi, kita bisa membeli barang yang hampir sama persis aslinya. Untuk harga tersebut, proses pembuatan lebih rapi dan bahan yang digunakan memang berkualitas tinggi.
Batu Giok mudah ditemukan disini. batu ini pun tersedia dengan berbagai kelas harga. Jika membeli di toko, kita harus menebus batu giok dengan harga ratusan ribu hingga jutaan (Jika di kurs ke rupiah). Namun jika ingin yang murah meriah, banyak pedagang kaki lima menjual Batu Giok cantik dengan harga puluhan ribu saja.
Jika capek berbelanja, banyak sekali tempat jajanan di kota ini. Hanya saya kesulitan menemukan tempat penjualan makanan halal. KFC dan McD Cina juga ada. Tapi disini hanya menyediakan saos tomat, toko-toko ini tidak menyediakan saos sambal seperti di Indonesia. Menurut penduduk disini, Pedasnya sambal seperti yang biasa dikonsumsi orang Indonesia tidak baik bagi kesehatan mereka. Bisa menyebabkan sakit tenggorokan katanya. Padahal masakan di Cina malah menggunakan merica dalam jumlah luar biasa. Mereka tidak memakai cabe, tapi semua menu ditaburi merica bubuk yang pedasnya minta ampun. Jika dimakan, tidak hanya lidah kita yang kepedasan, perutpun bisa terasa radang dibuatnya. Lain padang, lain belalang.
Untuk Salat Jumat, kami harus naik bis. Di dekat konsulat RI terdapat hutan kota, yang ditengahnya ternyata ada tempat ibadah bagi umat muslim. Sebagai negara yang penduduknya banyak tidak beragama, aktifitas ibadah dianggap hal sensitif. Bangunan tempat umat Islam beribadah berbentuk kelenteng, tempatnya tersembunyi dan hanya bisa dijangkau setelah beberapa menit berjalan kaki menembus hutan kota. Salat Jumat di negara dimana umat Islam adalah minoritas ternya nikmat sekali. Rasa persaudaraan sesama muslim terasa sekali. Jamaah dari berbagai negara berkumpul disini. Bagi jamaah perempuan disiapkan tempat khusus. Jamaah perempuan disini tidak menggunakan mukenah seperti muslimah di tanah air. Mereka mengenakan hijab (jilbab) dan berpakaian biasa. Walaupun saat itu hujan turun deras, tidak mengurangi kekhusukan kami beribadah.
Selesai salat Jumat saya berjalan meninggalkan hutan kota. Dengan baju basah kuyub, Saya berjalan bergegas kedinginan. Ternyata di bagian luar hutan tersebut berkumpul pedagang muslim. Setiap hari jumat mereka berdagang berbagai makanan halal dari berbagai negara. Sayangnya tidak ada makanan dari Indonesia. Namun lumayan, paling tidak bisa mencicipi makanan halal dengan hati tenang. Setelah makan, Saya dan beberapa teman kembali naik bis menuju rumah sakit (Bersambung...).
Ket.Gambar pertama dan gambar KFC yang kedua diunduh dari Google.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar