Senin, 23 Januari 2023

Jogjakarta

Pulang ke kotamu,

Ada setangkup harus dalam rindu

Masih seperti dulu,

Tiap sudut menyapaku bersahabat

Penuh selaksa makna...


     Tanpa sadar saya langsung bernyanyi. Itulah Jogja. Katanya Jogja terbuat dari pulang dan kangen. Padahal kami bukan orang Jogja. Namun Kota unik ini memang selalu membuat rindu. Entah suasana kotanya, jalan Malioboronya, pasar tradisionalnya, masyarakatnya,kulinernya...entah apanya. Semua berpadu, berharmoni, bagai simponi, memanggil-manggil untuk kembali lagi dan lagi.


     Sudah senja saat kami meninggalkan pelataran parkir Candi Borobudur. Hujan. Ditambah rasa lelah. Karena sejak paginya kami sudah puas menikmati wisata Dusun Semilir, Semarang. 

     Ikut petunjuk google maps, kami melalui jalan-jalan kecil dan persawahan. Mungkin maksudnya agar lebih cepat sampai. Tapi kami memilih untuk balik ke jalan besar. Agar lebih aman dan nyaman. Apalagi membawa keluarga. Lagipula malam malam, tak bisa juga melihat pemandangan sawah.

     Karena musim liburan, hotel seputaran Malioboro penuh semua. Hotel-hotel dan penginapan murah yg agak jauh pun sudah tak ada kamar kosong. Beberapa hari sebelumnya kami sudah cari-cari info di youtube tentang penginapan murah meriah, yg sesuai dengan kemampuan kantong. Tapi penginapan murah seperti itu rupanya tak mau dibooking, Langsung datang saja Pak, katanya. Alasannya "high season", permintaan sedang tinggi. Mungkin khawatir kami batal nginap. 

     Kami biasanya tak pernah pesan kamar jauh-jauh hari, terbiasa dadakan. Begitu sudah dekat tujuan, baru telpon. Malah lebih sering lagi langsung datang ke hotelnya. On site. Namun karena musim liburan,mau coba coba pesan dulu. Eeeh...Ternyata mereka gak mau😃.

     Masih hujan saat kami memasuki wilayah kota Jogja. Terlihat ada hotel dengan tampilan depan yg unik, Dermaga Keluarga. Ada potongan kapal laut di bagian depannya. Kami coba bertanya, siapa tahu masih ada kamar. Ternyata tinggal satu, padahal kami butuh dua kamar. Resepsionisnya menawarkan untuk menginap di cabang hotel mereka, di Sonosewu. Tak begitu jauh katanya. Bukan di jalan utama, namun disana masih ada kamar kosong, dengan rate harga setengahnya. Akhirnya kami kesana.

     Hotelnya bagus dan bersih. Karena tak di jalan utama, suasana tidak berisik. Malam itu kami istirahat dengan nyaman.


     Pagi pagi, saya perlahan mengendarai mobil, keluar cari sarapan, sekalian pingin lihat suasana kota Jogja. Istri dan anak anak masih berbaring di kamar. Mereka mungkin masih lelah setelah kemarin puas. Malioboro masih sepi. Adem.  Saya susuri jalanan mengobati kangen, melihat gedung gedung tua dan ruko ruko lama, unik sekali. Sunyi. Belum ada hiruk pikuk. Karena semalam hujan, udara pagi itu segar sekali.

     Di alun alun saya berhenti sebentar. Foto-foto. Mumpung masih pagi. Mobil masih bisa berhenti dimana saja, bebas, belum ada kendaraan lain. Spot spot foto tak terhitung, kotanya cantik sekali. 

     Dekat hotel, saya mampir beli sarapan. Dekat lorong masuk ke rumah Pak Tino Sidin, idola anak anak tahun 80an. Mari menggambar.

     Semua sudah sarapan. Istri dan anak anak sudah siap, kami meluncur ke luar hotel. Istri saya ingin ke Kasongan, melihat gerabah. Ternyata lokasinya tak begitu jauh dari hotel. 

     Sepanjang jalan di Kasongan, berjejer penjual gerabah. Ditata menarik, bikin gemes. Wah sangat menggoda..kita tinggal pilih mau mampir kemana. Guci, kendi, kursi...ada semua. Selain gerabah, kerajinan lain juga banyak. Mulai dari eceng gondok, rotan, hingga kayu. Untuk yg ingin mempermanis tampilan desain interior rumah, tersedia pilihan banyak sekali. 

     Saya membeli beberapa kendi. Satu untuk saya, beberapa untuk oleh oleh. Sudah lama pingin kendi seperti itu, untuk tempat minum. Dulu sering melihat Pak De minum pakai kendi. Kelihatannya asyik sekali. Airnya sejuk, kata Pak De.

     Istri saya membeli mangkok dan beberapa peralatan makan dari gerabah. Sekalian beli tungku juga. Murah. Tadinya pingin beli kursi tamu dari gerabah, satu set dengan meja. Murah juga. Cantik sekali. Tapi karena kami masih akan berpetualang jauh, khawatir pecah di jalan. 

     Rasanya betah sekali di Kasongan, tapi hari sudah siang. Kami juga pingin ke Kaliurang. Ternyata lokasinya lumayan jauh, ditambah jalan yang mulai macet. Kami mampir dulu untuk salat Jum'at, di Palagan Tentara Pelajar.  Sekalian makan siang. Istri dan anak perempuan saya menunggu kami salat di rumah makan nasi uduk belakang masjid, Nasi Uduk Palagan. 

     Nasi uduk nya enak, pilihan lauknya banyak sekali. Namun harganya mahal banget. Mungkin harusnya kami pesan ramesan, nasi uduk plus lauk. Kalau pesan lauknya terpisah satu satu, ternyata jadi mahal.

     Selesai makan kami lanjutkan perjalanan. Google menyarankan lewat jalan kampung, bukan jalan utama, menghindari kepadatan lalu lintas. Asyik sekali melipir melalui kebun dan sawah. Sesekali tampak kebun salak. Jalannya mulus dan sepi. 

     Udara makin dingin, karena kami di kaki Gunung Merapi. Sejak pandemi, sektor wisata terpukul. Termasuk wisata merapi. Kami putuskan balik ke jalur utama, baru suasana terlihat ramai. Kami bertemu dengan rombongan Jeep wisata. Itu Jeep carteran, disewa untuk paket wisata merapi dengan spot beberapa lokasi. Mobil yg kami pakai double cabin, 4x4. Sudah layak untuk diajak berpetualang, jadi tak perlu menyewa Jeep lagi.

     Kami ke Gardu Pandang, pemandangannya memang cantik sekali. Karena cuaca hujan, kami tak bisa ke lokasi lain. Jadi,nikmati saya pemandangan indah disini.

     Setelah puas, kami meluncur turun. Hujan masih mengguyur deras. Kali ini kami memilih jalan utama. Dan benar kata google, macet. Di pinggir jalan,terlihat tempat unik, penjualan batik. Kami berhenti, mampir dulu. Sekalian menunggu macet terurai.

    Namanya "House of Raminten". Gerbang masuknya unik, seperti Candi. Di dalamnya banyak berbagai pernak pernik, souvenir khas Jogja dan tentunya batik. Ternyata ada rumah makan di bagian dalamnya. Bagus sekali. Kata petugasnya, kadang harus waiting list dulu untuk makan disitu, sangking ramenya. Di waktu tertentu ada pertunjukan seni, gratis. Karena di luar hujan makin deras, kami memilih berlama-lama disana. Duduk santai sambil makan cemilan dan mendengarkan Gending Jawa. Betah.

     Setelah salat Zhuhur, kami melanjutkan perjalanan. Hujan tak ada tanda akan reda,jadi kami bisa kemalaman disitu kalau terus menunggu. 

     Anak-anak ingin ke Mal Malioboro. Ternyata jalan Jogja macet sekali. Banyak sekali perempatan dan lampu merah. Sampai di Malioboro, ternyata sulit masuk parkir mal. Yang ada parkiran liar dengan tarif ajaib. Cuaca hujan, suasana tak nyaman. Akhirnya kami putuskan batal ke Mal. 

     Di perjalanan kembali ke hotel, kami mampir makan di warung pecel lele. Rame. Rasanya enak. Pas sekali disantap di cuaca dingin. Sesampai di hotel, kami istirahat. Agar segar lagi untuk petualangan esok pagi.

     Pagi-pagi kami langsung bergerak keluar hotel, mencari sarapan. Sekalian ingin menikmati Malioboro di waktu pagi. Di pangkal jalan Malioboro, mobil kami parkir. Rupanya disitu memang disiapkan untuk parkir pengunjung Malioboro karena di Malioboro kendaraan tak boleh parkir. Malah diatas jam 6 sore, kendaraan mobil dilarang masuk ke Malioboro. 

     Dari parkiran kami naik becak. Di plang jalan Malioboro kami berhenti. Foto foto. Katanya Spot wajib wajib jika ke Jogja. Lalu becak berjalan pelan menyusuri Malioboro,kami berhenti lagi di depan pasar Beringharjo. Katanya pasar belum buka, baru ada beberapa pedagang batik yang siap siap membuka toko. Kami beli beberapa baju batik di toko yang baru saja dibuka. Sekadar untuk oleh oleh.



     Di depan Pasar Beringharjo ada toko Raminten. Dulu namanya Mirota, setelah terbakar namanya diganti menjadi Raminten. Kami masuk kesitu. Jika ingin berbelanja oleh oleh di Jogja, gak usah repot kemana-mana. Di satu toko Raminten sudah cukup. Lengkap. Banyak pilihan dengan harga bersahabat.

     Di samping Pasar Beringharjo banyak berjejer penjual sate. Kami sarapan disitu. Enak sekali. Suasananya juga asyik. Disediakan bangku bangku kecil. Jumlahnya terbatas. Yang belum dapat giliran bisa menunggu sambil berdiri atau duduk duduk dulu di sekitar Malioboro. 



     Usai sarapan, abang becak mengajak kami lanjut berkeliling ke Toko Bakpia, penjual batik, dan kaos Jogja. Rute wajib abang becak. Karena mereka mendapat persen dari pemilik toko. Usai keliling,kami diantarkan lagi ke mobil. 

     Dengan mobil kami menuju kraton. Ternyata salah parkir. Kami  parkir di Kandang Macan. Pintu masuk kraton ternyata masih jauh. Jadi kami sekeluarga berjalan kaki, menyusuri kampung kampung, menuju pintu masuk kraton. Kampungnya bersih sekali, rumah-rumahnya tua terawat. Asyik sekali. Sesampai di pintu masuk kami membeli tiket, lalu berkeliling menikmati suasana jadoel kraton. 


     Di dalam kraton, kita bisa melihat berbagai peninggalan Sultan sejak masa pra kemerdekaan. Karena memang kraton Yogya baru dibentuk di masa penjajahan Belanda, tak ada peninggalan kuno yang bisa dilihat. Lebih banyak pernak pernik seperti pakaian, piring-piring era penjajahan. Ada juga beberapa kereta yg dipakai untuk upacara kraton.

     Setelah puas berkeliling, kami kembali ke hotel. Check out. Siap- siap melanjutkan petualangan. 


     



     

Rabu, 18 Januari 2023

Candi Borobudur

      Dari Ungaran, Kabupaten Semarang kami menuju Bawen lalu terus ke Ambarawa. Setelah lewat pusat Kota Magelang, ada petunjuk arah menuju Candi Borobudur. 

     Karena perut sudah lapar, kami mampir dulu ke tempat makan. Ada penjual soto kudus di tepi jalan. Di sebelahnya ada penjual es dawet beras, wah unik nih. Sudah sering makan es dawet, tapi kalau yg dibuat dari beras sih belum pernah. Sepertinya perlu dicoba nih.


    Ternyata soto kudusnya enak. Sambalnya sedap sekali. Es dawet nya juga enak. Selesai makan, kami lanjutkan lagi perjalanan.

     Tak lama, sudah ada papan petunjuk arah memasuki kawasan objek wisata Candi Borobudur. Begitu mobil diparkir, kami langsung dikerubuti para penjual kaos dan  para penyedia sewa payung. Karena kami membawa payung sendiri, ya kami pakai punya sendiri saja. 

     Setelah membeli tiket, ternyata kita harus berjalan kaki, cukup jauh. Buat yg tak kuat jalan, disana ada mobil wisata yang siap mengantarkan sampai ke lokasi Candi. Tiketnya 20 ribu per orang.

    Sampai di Candi, hujan makin deras. Jadi kami harus menyewa 3 lagi payung tambahan. Candi nya cantik sekali. Candi Budha terbesar di dunia. Lokasinya tepat di tengah Pulau Jawa.


      Wajar kalau jutaan wisatawan dari berbagai negara berkunjung kesini. Nenek moyang bangsa Indonesia memang luar biasa. Sanggup membuat bangunan sebesar dan seindah ini. Karena bangunan berbentuk segi empat, sebaiknya kita menikmati Candi dari sisi kanan atau kiri. Bisa juga dari sisi belakang. Kalau dari sisi depan, wisatawan ramai sekali. Dari keempat sisi, bentuknya sama.

     Hanya kalau kita menikmati Candi dari sisi yg tidak ramai pengunjung, rasanya lebih nikmat. Mau foto foto juga bebas,tak terhalang oleh pengunjung lain.

     Selesai menikmati keindahan Candi, kami keluar dari sisi belakang. Kali ini kami memilih naik mobil wisata untuk menuju pintu keluar. Badan sudah lelah ditambah hujan deras sekali. Sesampai di depan, ternyata kita masih harus menghadapi ujian. Tempat penjualan souvenir yg kumuh ditata seperti ular,seperti labirin. Berkelok kelok seolah olah kita tak akan pernah mencapai ujungnya. Padahal barang barang yg dijual pedagang semuanya sama,namun mau tak mau semua harus kita lewati. Mengesalkan sekali. Baiknya pengelola tempat wisataembenahi tempat penjualan souvenir ini. Agar tidak kumuh dan menyusahkan pengunjung. Toiletnya juga jorok sekali.

      Sesampainya di parkiran (akhirnya), kami duduk duduk dulu, menunggu anggota rombongan yg terpisah. Tadi dia pamit mau beli souvenir. Sambil menunggu, kami sempat mengobrol dengan mbah mbah, bakul atau penjual souvenir disitu. Kami mendapat cerita bahwa banyak warga sekitar yg menggantungkan hidup dari wisata Candi Borobudur. Mulai dari para pegawai tempat wisata, pembuat souvenir, hingga para pedagang penjual souvenir dan makanan. 

     Setelah anggota rombongan lengkap, mobil segera bergerak keluar dari lokasi. Siap melanjutkan petualangan.










Selasa, 17 Januari 2023

Dusun Semilir

    Masih pagi sekali saat kami meninggalkan hotel di Kota Semarang, mungkin belum pukul 6. Mobil menyusuri jalan yg masih sepi, langsung menuju tol. Tak lama, mobil melipir dulu keluar Tol, ke Ungaran, Kabupaten Semarang. Menjenguk teman yang sakit. Eeeh, malah dapat oleh-oleh tahu bakso yg enak banget. Terima kasih 😃

     Dari teman yang dikunjungi tadi kami dapat info ada tempat wisata yg wajib kami kunjungi disana, yaitu Dusun Semilir. Berhubung tujuan kami hendak ke Jogja, kami tak perlu lagi masuk Tol. Langsung saja lewat jalan biasa, dan asyiknya sekalian bisa mampir ke lokasi wisata yg disarankan tadi.

     Menyusuri Kota Ungaran, lalu lintas sudah menggeliat. Kota ini rupanya punya kawasan industri. Lokasi pabrik-pabrik besar seperti Coca Cola, Biskuit Khong Guan, dan lain lain. Banyak sekali para pegawai pabrik lalu lalang dengan menaiki sepeda motor, hendak menuju tempat kerjanya. 

    Kami mampir sebentar untuk membeli sarapan, karena di Semarang tadi kami belum sempat sarapan, masih terlalu pagi.

     Ternyata pedagang penjual sarapan yg kami mampiri pernah tinggal di kota kami, Palembang. Langsung deh berbincang akrab. Beberapa jenis makanan kami beli, sekalian nyoba. Mau tahu gimana rasa makanan di Ungaran. Eeh oleh penjualnya dikasih bonus juga. Makasih😄


     Setelah membeli sarapan, kami lanjutkan lagi perjalanan. Tak lama, sudah terlihat plang nama tempat wisata, Dusun Semilir. Kubahnya yg iconic sangat mencolok, langsung menarik perhatian. Bentuknya mirip mirip atap rumah adat papua. 

     Karena masih pagi, tempat wisatanya belum buka. Sebentar lagi, jam 8 loket penjualan tiket dibuka, kata Pak Satpam. Ya sudah, kami menunggu di parkiran. Sekalian melihat-lihat pemandangan sekitar yg indah. 

     Di mobil, kami makan sarapan yg tadi dibeli, ternyata rasanya enak. Ke dalam lokasi wisata tak boleh membawa makanan dan minuman, begitu bunyi pengumuman di depan, jadi kami isi perut sampai kenyang.

     Tepat jam 8 loket penjualan tiket dibuka. Kita boleh memilih, bisa membeli tiket masuk biasa, bisa juga tiket paketan untuk sekalian masuk wahana salju,luncuran, dan lain lain. Buat yang mau menikmati wahana-wahana tadi, lebih baik beli tiket paketan, lebih murah.


     Begitu masuk, langsung ketemu tempat pembelian souvenir. Baju kaos, pernak pernik, topi, dan lain lain. Kami terus melangkah masuk. Ternyata... di dalam indah sekali. 


     Kita menyusuri jembatan dengan atap tanaman hidup. Keren sekali. Di sisi kiri dan kanan banyak spot foto. Banyak juga konter konter penjual cemilan, tapi belum buka karena masih pagi. Sampai di ujung jembatan -yang lebih pas kalau disebut terowongan-, ada wahana luncuran warna warni. Anak anak pingin meluncur. Cuuus...seru.


    Berikutnya banyak sekali wahana. Ada mandi salju, sepeda listrik, menembak, dan lain lain. Bagi yg cuma mau duduk duduk sambil menikmati suasana juga bisa. Banyak disediakan tempat duduk, tinggal pilih.





    Banyak sekali konter penjualan makanan disitu. Bahkan ada alfamart. Harganya normal. Jadi jangan khawatir, walau tak diizinkan membawa makanan dan minuman dari luar, kita tak usah khawatir "digetok" dengan harga makanan selangit seperti di tempat tempat wisata lain. Harga baju-baju kaosnya juga normal. Souvenir souvenir lain juga bisa kita pilih dengan harga bersahabat. 
     Karena haus,kami minum es kelapa muda. Sambil duduk menikmati suasana tempat yg disetting dengan gaya Korea. Mau duduk di ayunan juga bisa. Anak anak asyik naik sepeda listrik. Berkeliling. 
     Bagi pengunjung yg tak kuat jalan kaki, disediakan juga mobil wisata yg bisa membawa berkeliling, tentu dengan membeli tiket tambahan. Sangkin asyiknya tak terasa berjam-jam kami disana. Seru sekali. Oh ya, ada juga kampung Eropa, tempat kita bisa menyusuri kanal dengan naik perahu gandola, seperti di venezia. Spot spot foto banyak sekali. Keren.
    Setelah selesai menikmati berbagai wahana, kami berjalan menuju pintu keluar. Ternyata, kita harus lewat lagi di tempat yg sama seperti saat kita masuk. Melalui jembatan terowongan,dari sisi yg berbeda. Namun kali ini, jalannya mendaki. Waaah, kami yang mau pulang dengan badan yg sudah lelah malah harus jalan mendaki😁.
     Di ujung jembatan kami ketemu lagi tempat penjualan souvenir yg sama dengan saat kita masuk. Namun dengan sisi berbeda. Yang mau membeli oleh oleh dan pernak pernik, boleh deh memborong. Setelah melewati toko souvenir, sampailah kita ke pintu keluar. Kami langsung menuju mobil, siap melanjutkan petualangan.


Selasa, 10 Januari 2023

Wisata Cibulan, Kuningan

 Dari Cirebon, kami meluncur ke Kuningan. Jalan menanjak, mendaki. Sepanjang jalan banyak warung dan toko menjual oleh oleh. Tempat wisata juga banyak, tinggal pilih. Suhu udara Adem. Dokar jadi kendaraan harian disana, mungkin hanya kuda yg sanggup. Dengan jalan naik turun, mengayuh becak tentu berat sekali.

     Sampai di wisata Cibulan hari masih pagi, jadi masih nyaman dan sepi. Beli tiket,trus langsung masuk.


     Di dalam, kami langsung ketemu kolam renang besar, berisi Ikan Dewa yg jinak. Anak bungsu saya langsung nyebur, pakai ban sewaan. Kami membeli makanan ikan, jagung rebus yg sudah diwadahi gelas kertas. Sambil duduk santai merendam kaki di kolam, kami memberi makan ikan. Jika haus atau lapar, banyak penjual makanan. Disitu juga ada keramat sumur tujuh. Tapi kami tidak mengunjunginya.


Di bagian belakang juga ada tempat makan yg  berbentuk saung. Bisa pesan makanan. Sekalian merendam kaki kita di kolam berisi ikan-ikan kecil yg menggigit lembut kaki kita. Katanya ikan-ikan itu memakan sel sel kulit mati, kaki kita jadi bersih. Rasanya geli.


    Cuacanya adem. Ditambah pohon rindang. Bikin betah berlama-lama. Untuk yang butuh tempat menenangkan diri, tempat ini pas sekali. Disini juga ada tempat salat, tempat bilas, kamar ganti dan toilet. 

    Lagi asyik santai, tiba tiba rame. Ternyata ada rombongan wisatawan, 5 bis besar. Yaah, hilanglah segala ketenangan tadi. Ya udah, hari juga sudah mulai sore. Sudah waktunya melanjutkan petualangan.


Cirebon, Wisata dan Kuliner

     Sudah malam saat kami tiba di Cirebon, hampir jam 9. Saat di Tol, hotel sudah kami pesan, via telpon. Hotel Slamet. Hotel tempo doeloe, tempat orang tua kami dulu biasa menginap saat berdinas. Lokasinya cakep, depan stasiun kereta.

















     Orang tua kami yg suka bepergian dengan kereta, memilih menginap disitu. Hotelnya bersih banget. Stafnya ramah-ramah. Di sekitarnya banyak sekali hotel-hotel. Tinggal pilih sesuai budget, sesuai selera. Untuk kami yg hanya butuh tempat melepas lelah, cukuplah. Bagi yg ingin Staycation, berenang dengan anak-anak,dll mungkin bisa memilih hotel lain.

     Di sekitar hotel Slamet banyak penjual makanan. Tak seperti di kota-kota lain, jam 10 malam para penjual makanan disini sudah beres-beres, tutup. Ada warung warmindo yg buka 24 jam, pas disamping hotel. Namanya warung M. Toha, sesuai nama jalan.


     

     Walau disebut warmindo, yg laris malah bubur ayam dan bubur kacang hijau. Maka papan nama di dinding tertulis Bubur M Thoha. Indomie sepertinya malah jarang dipesan. Bubur ayamnya enak banget, rasanya mantaps. Boleh pesan setengah porsi kalo dirasa kebanyakan. Tapi porsinya kecil kok. 

     Bubur kacang hijaunya juga juara, jadi menu favorit juga, bisa dicampur dengan bubur ketan hitam jika suka. Dari staf hotel setelahnya, baru tahu bahwa bubur ayam M. Thoha adalah salah satu kuliner legendaris di Cirebon. 

     Jika makan disitu, teh tawar hangat langsung disajikan. Gratis. Mau tambah kecap,sambel,lada boleh. Mau pesan telor setengah matang, bisa. Mau kerupuk. Silahkan ambil. Sudah tersaji di meja. Warungnya sempit, jadi kalau mau makan pas rame, ya gantian. Antri.

     Ada abang becak yg nongkrong di depan hotel. Kalau mau jalan-jalan melihat suasana kota Cirebon,tinggal naik becak. Harga damai. 

     Makam Sunan Gunung Jati jadi tujuan paling populer di Cirebon. Kalau mau ziarah, baiknya pagi pagi, agar tidak berdesakan. Karena kami membawa mobil, usai sarapan kami langsung meluncur sesuai google maps. Titiknya tepat. Cuma kaminya yg salah belok. Karena plang namanya kecil dan kurang meyakinkan, kami jalan terus. Setelah tanya tanya di depan, ternyata memang benar,lokasi masuk lorong, sesuai lokasi plang nama tadi. Untuk tempat yg sangat terkenal sebagai lokasi utama wisata ziarah, plang namanya kekecilan. Gak jelas. Beda dengan lokasi wisata lain yg pernah kami kunjungi , plang namanya besar dan jelas.

     Di parkiran, anak-anak menunggu di mobil. Mereka gak mau ikut turun ke lokasi makam. Jadinya hanya saya dan istri yg berjalan kaki menuju makam. Sesuai info yg saya baca sebelumnya, lokasi itu memang penuh oleh kotak kotak amal dan penjaganya yang kabarnya maksa, dan katanya lagi pengemisnya sadis. 

     Kami langsung dipandu oleh juru kunci yg memakai tanda pengenal, didampingi  berjalan mendaki menuju makam. Sambil diceritakan berbagai hal tentang makam tersebut. Mungkin karena sudah ada yg mendampingi, pengasong kotak amal tak berani memaksa. Mungkin juga karena masih pagi, pengemis belum banyak terlihat. 
     Tiba di depan makam wali yg sangat besar jasanya menyebarkan Islam di Jawa Barat, kami berdoa. Akhirnya niat saya yg sudah lama ingin ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati tercapai.
     Di dekat hotel ada alun alun. Abang becak mengantar kami ke sana. Alun alun Kejaksan. Ada Masjidnya juga. Pakai bata ekspose. Cantik. 
     Selanjutnya, masih dengan becak tadi kami menerobos pasar, ternyata kraton kanoman lokasinya di belakang pasar. Tempatnya kurang terawat. Rumput berantakan. Ada masjid di sebelahnya. Saya sempatkan untuk salat dhuha di sana. 

 



Di sebelah kraton ada sekolah. Kata orang yg mendampingi kami, itu sekolah paling tua di Cirebon. Tanahnya dari wakaf Kesultanan.

     Lalu kami lanjut ke kraton kasepuhan. Lokasinya lebih rapi, bangunan juga terawat. Sebelum kembali ke hotel, kami mampir ke toko oleh oleh. Harga barang-barangnya mahal.  Hanya beli satu bungkus emping melinjo, tak kepingin banyak belanja oleh oleh dengan harga semahal itu.
     Di depan sekolah SMP Santa Maria ada ayam goreng “Santa Maria” yg viral. Pernah diliput youtuber Nex Carlos, si Tukang makan. Tapi antreannya panjang. Padahal pingin nyicip sate usus yang katanya enak. Akhirnya beli gorengan di depan Indomaret dekat situ. Pilihannya banyak. Enak pula. Dibungkus saja, untuk bekal selama perjalanan ke lokasi lain setelah meninggalkan Kota Cirebon

Tips Asyik Menyeberang di Pelabuhan Merak Bakauheni

 

      Saat ini, tiket fery penyeberangan Merak Bakauheni atau sebaliknya, tidak bisa lagi kita beli di pelabuhan. Tiket harus dibeli menggunakan aplikasi, ferizy.

      Kita Download aplikasi, lalu tinggal isi data- data yg dibutuhkan. Siapkan KTP atau KK, karena kita harus memasukkan data NIK. Oh ya, jika data kita sudah tersimpan di aplikasi ini, untuk pembelian tiket di kemudian hari, kita tak perlu lagi repot memasukkan data. 

     Untuk pembayaran gampang, kita bisa pilih pembayaran lewat Indomaret, Alfamart,transfer, dll.

     Jika masih bingung tentang cara pembelian tiket melalui aplikasi ini, ada konter konter yg disiapkan ASDP untuk membantu pembelian tiket resmi ferizy. Lokasinya di beberapa rest area TOL yang berdekatan dengan pelabuhan Merak maupun Bakauheni

     Tujuan penggunaan aplikasi pembelian tiket ini barangkali agar tak lagi ada antrian pembelian tiket di pelabuhan. Artinya, sekarang calon penumpang yg bisa masuk ke area pelabuhan hanya yg sudah memiliki tiket. Jadi kepadatan pelabuhan bisa berkurang.

     Di aplikasi tersebut kita bisa memilih waktu keberangkatan dan kita sudah bisa masuk ke pelabuhan 2 jam sebelum jadwal keberangkatan yg kita pilih.

     Ada dua pilihan jenis penyeberangan, eksekutif dan regular. Untuk eksekutif, harga tiket lebih tinggi. Namun setimpal dengan kondisi kapal yg lebih baik,ruang tunggu nyaman, dan waktu penyeberangan lebih cepat. Buat traveler yg lapar, ada KFC dan Broster Chicken disitu. Buat yg suka nasi padang, baiknya beli dulu sebelum masuk ke area pelabuhan. Di dekat situ ada rumah makan padang Simpang Raya. Oh ya, nanti di kapal eksekutif, Kita tak perlu lagi mengeluarkan biaya-biaya tambahan seperti biaya masuk ruang VIP/AC, sewa tikar/kasur dll seperti yg lazim berlaku di kapal kapal penyeberangan reguler. Harga tiket sudah all in. Buat yg berangkat rombongan, jadi lebih murah kan.

      Saat musim liburan, libur sekolah atau hari lebaran, antrian masuk mobil penumpang ke  kapal tetap tak terhindarkan. Kadang kita yang sudah memesan tiket eksekutif dengan harapan bisa sampai lebih cepat dan nyaman, setibanya  di pelabuhan malah harus antri berjam-jam untuk naik ke kapal.  Sedangkan kapal reguler tidak antri, lancar jaya. Antri tadi maksudnya buat mobil ya, kalau pejalan kaki bisa langsung naik kapal.

     Jadi ada baiknya di kondisi puncak liburan, sebelum membeli tiket, kita merapat dulu ke dekat pelabuhan untuk memantau kondisi. Jika di area pelabuhan eksekutif terlihat mobil-mobil antri panjang, lebih baik kita pesan penyeberangan reguler. Namun jika tidak antri, baru kita pesan penyeberangan eksekutif. 

     Karena jumlah kapal eksekutif terbatas, hanya penyeberangan reguler yg tersedia setiap jam. Untuk eksekutif hanya di jam jam tertentu. Jadi, jika kita tiba di pelabuhan saat jadwal penyeberangan eksekutif masih lama, kita pilih yg reguler saja. Agar lebih cepat.

     Agar tetap bisa nyaman dengan penyeberangan reguler, ada triknya juga. Tiket yg kita beli kan hanya tiket penyeberangan yang tidak menyebutkan nama kapal. Jadi setelah tiket kita beli lewat aplikasi dan kita pilih jam keberangkatan,kita keliling dulu di pelabuhan. Kita sempatkan untuk melihat-lihat dulu beberapa kapal yg sedang bersandar dan mengisi penumpang. Pilih kapal yg ukurannya besar dan kondisi bagus. Baru kita ikut di antrian untuk masuk ke kapal tersebut. 

     Semoga bermanfaat ya. Selamat berpetualang

Sabtu, 28 September 2019

Pantai Gratisan di Lampung

Masih pagi saat kami meninggalkan tempat menginap. Tempat menginap, bukan penginapan. Memang kali ini kami tidak menginap di hotel, guest house, atau losmen, seperti biasanya. Kami meminjam rumah saudara yang sudah lama kosong. Rumah kecil yang cantik di perumahan Ciputra. Tak dihuni lagi karena anak tersayang yang selama ini menempati, sudah kuliah di luar kota.

Mobil langsung  diarahkan menuju pantai, menembus kepadatan lalu lintas pagi. Pasar tradisional masih ramai.

Ke arah barat, di depan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Lempasing. Di depan TPI banyak yang menjajakan ikan laut segar hasil tangkapan nelayan. Kepiting bakau hidup mengundang untuk dibeli. Tapi kami mau berangkat, akan merepotkan. Lebih praktis jika nanti makan yang sudah diolah jadi kepiting asam manis.

 Terus lagi ke arah barat, beberapa pantai wisata dilalui. Pantai Mutun, Sari Ringgung sudah pernah dikunjungi. Mau coba ke arah Pantai Klara, kelapa rapat. Katanya karena di pantai itu ditanam berjejer pohon kelapa rapat-rapat.

Rupanya Pantai Klara terletak paling jauh dibanding pantai-pantai wisata lain. Sudah beberapa pantai wisata dilalui, Pantai Klara belum tampak juga.
Sinyal telepon seluler di sini kurang baik, sulit diandalkan untuk memastikan lokasi tujuan. Jadi jalan terus saja. Nggak bakal nyasar, jalannya hanya satu. Naik turun berkelok, sesekali pantai mengintip indah. Sesekali saja. Karena kebanyakan lokasi pantai agak jauh dari jalan. Pengelola tempat wisata harus membuatkan akses khusus agar pengunjung bisa menuju ke pantai. Ada yang masih berupa jalan tanah. Ada yang sudah dipadatkan dengan batu.

Melintasi pasar di Padang cermin, setelah jembatan kami berhenti. Ada rumah makan Padang yg enak di situ. Menunya banyak, harganya murah. Dibungkus saja. Lebih asyik nanti makan di pinggir pantai. Ikan Simba goreng jadi menu khas. Tak lupa rendang, dan ayam opor untuk anak-anak.

Berjalan lagi sekitar 20 menit, mulai ada papan nama , reklame pantai Klara dilengkapi foto. Rupanya pantai ini dikelola oleh TNI, korps marinir. Lokasinya memang tak jauh dari pangkalan militer. Saat tiba langsung terlihat pohon kelapa berjejer cantik. Ada ramai remaja latihan baris berbaris. Rupanya pantai klara hari ini ditutup sementara untuk umum. Ada pelatihan. Tertulis pengumuman di pintu masuk. Ya sudah, jalan terus.

Tak jauh, tampak pantai indah. Pas di tepi jalan. Tak ada orang. Jalan sepi, memang sudah jauh dari pusat kota. Mobil dihentikan. Anak-anak menghambur turun. Sudah lama tak ke pantai. Kangen sekali.





Pasirnya putih. Halus. Sepi alami. Di tepi jalan, namun jarang kendaraan lalu lalang. Tanpa ganti baju, anak-anak bermain air. Belum bisa berenang, tak apa airnya dangkal.

Tak peduli matahari mulai terik, anak anak berkejaran di pantai. Menjelajahi air sebatas paha dan pinggang. Jatuh bangun, jatuh bangun. Tertawa tawa.

Sebenarnya tak ada yang mau pulang. Tapi hari makin siang. Sudah hampir waktu salat Jumat.

Walau anak-anak enggan, akhirnya tetap naik ke mobil. Menuju masjid terdekat.

Di komplek marinir ada masjid. Disitu kami menepi. Mobil di parkir di pinggir pantai, di rerindangan pohon-pohon kelapa. Anak-anak silahkan main lagi di pantai, dijaga mamanya. Sambil disuapi makan. Pasir disini lebih halus, lokasi lebih teduh.  Adem sambil menunggu saya jumatan.

Masjidnya cantik. Bersih sekali. Halaman terawat rapi. Didalamnya sejuk, ber-AC.

Selesai saya salat, ternyata anak anak sudah ganti baju. Mungkin kelelahan, mungkin karena sudah kedinginan. Wajah lelah, namun tetap ceria.
Siap menuju petualangan baru.