Rabu, 18 Januari 2023

Candi Borobudur

      Dari Ungaran, Kabupaten Semarang kami menuju Bawen lalu terus ke Ambarawa. Setelah lewat pusat Kota Magelang, ada petunjuk arah menuju Candi Borobudur. 

     Karena perut sudah lapar, kami mampir dulu ke tempat makan. Ada penjual soto kudus di tepi jalan. Di sebelahnya ada penjual es dawet beras, wah unik nih. Sudah sering makan es dawet, tapi kalau yg dibuat dari beras sih belum pernah. Sepertinya perlu dicoba nih.


    Ternyata soto kudusnya enak. Sambalnya sedap sekali. Es dawet nya juga enak. Selesai makan, kami lanjutkan lagi perjalanan.

     Tak lama, sudah ada papan petunjuk arah memasuki kawasan objek wisata Candi Borobudur. Begitu mobil diparkir, kami langsung dikerubuti para penjual kaos dan  para penyedia sewa payung. Karena kami membawa payung sendiri, ya kami pakai punya sendiri saja. 

     Setelah membeli tiket, ternyata kita harus berjalan kaki, cukup jauh. Buat yg tak kuat jalan, disana ada mobil wisata yang siap mengantarkan sampai ke lokasi Candi. Tiketnya 20 ribu per orang.

    Sampai di Candi, hujan makin deras. Jadi kami harus menyewa 3 lagi payung tambahan. Candi nya cantik sekali. Candi Budha terbesar di dunia. Lokasinya tepat di tengah Pulau Jawa.


      Wajar kalau jutaan wisatawan dari berbagai negara berkunjung kesini. Nenek moyang bangsa Indonesia memang luar biasa. Sanggup membuat bangunan sebesar dan seindah ini. Karena bangunan berbentuk segi empat, sebaiknya kita menikmati Candi dari sisi kanan atau kiri. Bisa juga dari sisi belakang. Kalau dari sisi depan, wisatawan ramai sekali. Dari keempat sisi, bentuknya sama.

     Hanya kalau kita menikmati Candi dari sisi yg tidak ramai pengunjung, rasanya lebih nikmat. Mau foto foto juga bebas,tak terhalang oleh pengunjung lain.

     Selesai menikmati keindahan Candi, kami keluar dari sisi belakang. Kali ini kami memilih naik mobil wisata untuk menuju pintu keluar. Badan sudah lelah ditambah hujan deras sekali. Sesampai di depan, ternyata kita masih harus menghadapi ujian. Tempat penjualan souvenir yg kumuh ditata seperti ular,seperti labirin. Berkelok kelok seolah olah kita tak akan pernah mencapai ujungnya. Padahal barang barang yg dijual pedagang semuanya sama,namun mau tak mau semua harus kita lewati. Mengesalkan sekali. Baiknya pengelola tempat wisataembenahi tempat penjualan souvenir ini. Agar tidak kumuh dan menyusahkan pengunjung. Toiletnya juga jorok sekali.

      Sesampainya di parkiran (akhirnya), kami duduk duduk dulu, menunggu anggota rombongan yg terpisah. Tadi dia pamit mau beli souvenir. Sambil menunggu, kami sempat mengobrol dengan mbah mbah, bakul atau penjual souvenir disitu. Kami mendapat cerita bahwa banyak warga sekitar yg menggantungkan hidup dari wisata Candi Borobudur. Mulai dari para pegawai tempat wisata, pembuat souvenir, hingga para pedagang penjual souvenir dan makanan. 

     Setelah anggota rombongan lengkap, mobil segera bergerak keluar dari lokasi. Siap melanjutkan petualangan.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar